Article Detail

“SOEGIJA” Sosok Pemimpin yang Membumi

“SOEGIJA” Sosok Pemimpin yang Membumi
Oleh: Agatha G. K.

“M-E-R-D-E-K-A”… “Merdeka”, hore aku sudah bisa membaca “merdeka”. Satu kata tetapi sungguh menjadi dambaan setiap bangsa. Itulah salah satu adegan film “Soegija” yang diputar di beberapa bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 7 Juni 2012. Film ini berisi gambaran perjuangan rakyat Indonesia sekitar tahun 1940-1950. Latar film ini sangat jelas sekali menggambarkan keadaan masyarakat, pemimpin, dan pejuang-pejuang bangsa pada era itu.

Film yang berisi “catatan harian” Romo Soegijapranata sebagai Uskup pertama di Indonesia ini sungguh “menyentuh” sekali. Perjuangan seluruh komponen bangsa dalam merebut kemerdekaan, peran serta dari semua rakyat berserta para pemimpin, dan juga pengorbanan yang begitu besar dari seluruh komponen bangsa dikemas dengan begitu bagus oleh sang Sutradara serta divisualisasikan dengan sangat jelas sehingga penonton bisa mempunyai gambaran situasi pada saat itu.

Sosok Romo Soegija dalam film tersebut bisa menjadi inspirasi baru (yang lebih tepat pengingat) bagi para pemimpin. Beliau adalah sosok pemimpin yang membumi, perhatian difokuskan pada kepentingan orang banyak, kepentingan rakyat, serta kepedulian terhadap penderitaan rakyat. “Makanan ini dibagikan kepada rakyat terlebih dahulu. Kalau mereka kenyang, biarlah kami merasakan kenyang kemudian. Dan biarlah kami  yang merasakan lapar yang pertama.” Pernyataan Romo Kanjeng dalam salah satu dialognya bisa dikatakan bahwa beliau benar-benar bisa melepaskan segala egoismenya, segala haknya untuk dilayani terlebih dulu, segala kuasanya, dan bahkan merelakan dirinya sendiri menderita demi rakyat.

Rasa solidaritas, nasionalisme, serta ketaatan Romo Kanjeng Soegija pada agama merupakan keteladanan seorang pemimpin sejati. Beliau tidak memandang jabatannya sebagai Uskup namun beliau selalu berpikir dan bertindak secara universal. Beliau bisa menempatkan diri dan bersikap dengan tepat di mana beliau berada. Dalam film tersebut sungguh sangat nyata bagaimana beliau bisa merangkul semua tanpa membedakan ras, golongan, dan agama. Semua dipandang menjadi satu tujuan, yaitu kemerdekaan dan kepentingan rakyat.

Alangkah damai dan sejahtera negeri yang sudah merdeka ini jika para pemimpin  di negeri ini semua mempunyai pandangan bahwa menjadi pemimpin yang baik harus merelakan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan rakyat. Hakikat dari pemimpin di era sekarang ini sudah mengalami pergeseran yang begitu nyata. Perebutan kursi pemimpin semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan meskipun dengan dalih untuk kepentingan umum dan memihak kepada rakyat. Namun  begitu, kita semua masih boleh berharap bahwa suatu saat nanti, bangsa ini akan dinahkodai oleh para pemimpin yang menjadi dambaan  kita, pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat, bisa dengan bijaksana mengatur negeri ini. Itulah yang menjadi impian kita, seorang pemimpin yang membumi.


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment